Anak Susah Makan Sayur ? Coba cara ini Mom
Manusia
sudah mulai belajar sejak lahir berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
ditemuinya. Manusia sudah belajar memahami bahkan ketika ia belum memiliki
penguasaan bahasa. Setiap kali menemukan pengalaman baru yang tidak ia pahami,
manusia berusaha memikirkan dan membuat sejumlah dugaan yang akan diuji
kebenarannya lewat pengalaman selanjutnya. David A. Kolb dan Roger Fray (Kolb,
1984) mengartikulasi teori belajar eksperensial digunakan sebagai landasan
dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar dan pembelajaran yang disebut
penilaian hasil belajar melalui pengalaman.
Idealnya pengalaman konkrit adalah titik di mana individu memulai proses belajarnya. Pengalaman ini dijadikan landasan untuk melakukan observasi dan refleksi. Hasil refleksi kemudian diasimilasi dan disaring menjadi konsep-konsep abstrak, guna menyimpulkan implikasi baru dari tindakan yang perlu diambil oleh individu yang bersangkutan. Implikasi ini secara aktif diuji dan digunakan sebagai panduan untuk menciptakan pengalaman baru. Maka dari itu kami mengangkat kasus dimana seorang ibu menggunakan teori belajar eksperensial dalam mengatasi pola makan anaknya yang susah makan sayur menjadi lebih menyukai konsumsi beragam sayuran.
Pada
tahap pertama terjadi proses memahami. Melihat segala sesuatu sebagaimana
adanya, belajar dari pengalaman spesifik dan data empiris, serta sensitif
terhadap perasaan dan manusia. Dalam kasus ini, ibu mulai melihat kebiasaan
makan anak yang tidak suka makan sayur. Ibu selalu menyajikan makanan yang
bervariasi. Namun setiap kali makan, anak tersebut selalu menyisihkan sayurnya.
Kejadian tersebut dilakukan oleh si anak berulang kali. Pada tahap ini, ibu
telah memahami bahwa anaknya tidak suka makan sayur.
Pada
tahap kedua terjadi proses observasi dan refleksi. Melakukan observasi terlebih
dahulu sebelum mengambil keputusan dan nencari makna dari segala sesuatu. Dari
melihat kebiasaan makan anak yang tidak suka makan sayur, maka ibu mulai
mengobservasi perilaku anak dan berpikir
untuk mengubah pola makan anak tersebut menjadi suka makan sayur dengan cara
mengubah pengolahan dan penyajian sayur yang lebih menarik untuk anak. Misalnya
apabila si anak tidak menyukai sayur brokoli, maka ibu mencoba untuk menyajikan
brokoli dalam bentuk lain, contohnya omelete.
Pada
tahap ketiga terjadi proses menguji coba. Ibu melakukan beberapa uji coba
mengolah dan menyajikan sayur yang berbeda agar mengetahui anak lebih suka
makan sayur dengan pengolahan yang bagaimana. Maka ibu memperkenalkan dua macam
masakan dengan bahan dasar sayuran yang sama, namun memiliki penyajian yang
berbeda. Misalnya mengolah brokoli dengan dua cara yaitu Tumis Brokoli dan
Omelete Brokoli. Pada hari pertama, ibu memberikan tumis brokoli pada anak.
Sedangkan pada hari kedua, ibu memberikan omelet brokoli.
Pada
tahap terakhir terjadi proses abstraksi dan konseptual. Mulai bertindak
mengambil keputusan dari pemahaman intelektual yang dialaminya. Ibu mengamati
tingkat minat anak terhadap makanan. Selain itu, ibu juga menanyakan pendapat
anak terhadap makanan tersebut. Setelah anak menjelaskan pendapatnya tentang
kedua macam makanan tersebut, ternyata anak lebih menyukai jika brokoli diolah
dalam penyajian yang lebih menarik. Konsep teori eksperensial yang dilakukan
ibu dapat membuat anak mulai menyukai makan sayur. ibu dapat memaparkan brokoli
dalam bentuk masakan yang lainnya, seperti crispy brokoli, cream soup brokoli,
dll. Setelah pemaparan berbagai bentuk masakan, ibu dapat menjelaskan bahwa makanan tersebut
memiliki bahan dasar yang sama. Maka dari itu, ibu mulai menyajikan anak rasa alami
dari sayuran dengan bentuk yang asli, seperti tumis brokoli dan sup brokoli. Dengan
seperti itu anak diharapkan dapat menyukai rasa sayuran yang alami tanpa perlu
melakukan pengolahan khusus terhadap sayuran tersebut.
1 komentar
bakal dicoba caranya nanti makasih yah
ReplyDeleteAXIS