Indonesia Bebas KVA

By August 22, 2016

Indonesia Mampu Bebas Kurang Vitamin A

Berdasarkan hasil survey Xeroftalmia pada tahun 1992, Kurang Vitamin A (KVA) bukanlah masalah kesehatan masyarakat berdasarkan kriteria WHO secara klinis (< 0,5 %). Namun di lain pihak, sekitar 50% balita di Indonesia menderita KVA sub klinis, yaitu serum retinol <20 μg/dl. Hal ini dikarenakan penyebab kurang vitamin bukan dari konsumsi vitamin A yang tidak mencukupi, melainkan dari masalah sekunder, yaitu kurang energy protein (KEP) atau Gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang. Indonesia mampu terbebas dari KVA. Sebelumnya, Pemerintah Indonesia pernah mendapat penghargaan “Helen Keller Award” karena mampu menurunkan prevalensi xeroftalmia sampai 0,3%. Tetapi, adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 menyebabkan peningkatan kasus gizi buruk di berbagai daerah.



Berdasarkan hasil konferensi oleh Hill & Ramakrishnan (2002) di Vietnam, Vietnam merupakan salah satu negara yang berhasil dalam menangani kekurangan vitamin A. Kesuksesan tersebut berhasil dicapai dengan strategi terintegrasi dengan sistem pelayanan kesehatan pusat, aksi sosial, dan pemantauan dan pengawasan yang baik. Integrasi dalam berbagai strategi, seperti suplementasi, fortifikasi makanan, diversifikasi pangan, intervensi kesehatan masyarakat, pendidikan, kekuasaan dan pengurangan kemiskinan merupakan salah satu aspek tercapainya kesuksesan penanganan kurang vitamin A.



Strategi intervensi utama untuk mengatasi kekurangan vitamin A di Indonesia adalah suplementasi langsung pada masyarakat rentan atau kelompok masyarakat tertentu, perbaikan makanan/pangan, dan fortifikasi pangan yang lazim dikonsumsi (common foods). Suplementasi langsung ditujukan untuk ibu nifas (< 30 hari), yaitu sebesar 200.000 SI dan pemberian vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak secara periodik, yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus (100.000 SI), untuk anak balita diberikan enam bulan sekali secara serentak pada bulan Februari dan Agustus dengan dosis 200.000 SI. Selain itu, sebagian makanan di Indonesia telah difortifikasi vitamin A, seperti minyak goreng. Pemberatasan kemiskinan yang merupakan salah satu penyebab utama terjadinya gizi buruk merupakan strategi utama untuk menangani kurang vitamin A di Indonesia. Indonesia perlu mencontoh Negara lain untuk menangani kekurangan vitamin A.

Sumber :

Hill, I. D., & Ramakrishnan, U. (2002). Assessment and Control of Vitamin A Deficiency Disorders. Proceedings of the XX International Vitamin A Consultative Group Meeting (pp. 2947S-2953S). Vietnam: American Society for Nutritional Sciences.
RI, D. (2003). Deteksi Dan Tatalaksana Kasus Xeroftalmia : Pedoman bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

You Might Also Like

1 komentar

Fitria Nurrahmawati. Powered by Blogger.